How To Be A Good Presenter

A. DEFENISI PRESENTASI
Presentasi merupakan media untuk mengemukakakn atau memperkenalkan suatu gagasan, ide, produk, jasa, ataupun laporan di hadapan satu atau banyak orang. Presentasi juga dapat dijadikan sebagai suatu proses untuk menarik minat atau sambutan pihak lain.
Tampilan atau performa yang baik ketika kita mempresentasikan suatu hal, maka hal tersebut akan menjadi nilai plus. Sehingga hal tersebut dapat menjadi kesan dari orang lain dalam menilai kita.

B. BENTUK PRESENTASI
Persamaan dan perbedaan antara pidato, mengajar, dan presentasi. Ketiga hal ini menjadi sebuah irisan, yang merupakan bentuk kegiatan yang tampil di hadapan umum namun dengan tujuan yang berbeda-beda.


Megajar, memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik atau ingin menyampaikan suatu velue/nilai-nilai tertentu. Pidato meupakan suatu kegiatan untuk memberi informasi tertentu, bisa untuk acara resmi dan tidak resmi. Sedangkan presentasi merupakan kegiata untuk memahamkan atau menjelaskan suatu konsep tertentu, dan bisa diberikan contoh konkritnya.

C. SYARAT UTAMA JADI PRESENTER
1. PD/Percaya diri : yakin pada diri sendiri, karena Anda menjadi pusat perhatian. Selalu jaga langkah dan nafas, serta singkronisasikan raut muka dengan senyum yang menawan dan alamiah.
2. Menguasai materi : pemahaman dan penjiwaan bahan presentasi.
3. Latihan yang cukup : melakukan presentasi sebanyak-banyaknya dimanapun dan kapanpun. Tanpa ini, jangan berharap menjadi presenter handal.

D. PERSIAPAN SEBELUM PRESENTASI
1. Persiapan mental dan fisik
2. Tetapkan tujuan
3. Menganalisis pendengar, sebagai presenter harus mengetahui dan paham siapa audiensnya
4. Mendesain bahan presentasi
5. Posisi alat bantu yang mendukung

E. PERSIAPAN FISIK
– Berlatih
– Atasi rasa takut
– Kenali medan
– Istirahat yang cukup
– Pilih pakaian yang tepat
– Bernafas dengan rileks

F. ATASI RASA TAKUT (NERVOUS)
1) Buka diri, temukan kelebihan dan kekurangan lalu akui hal tersebut
2) Hindari fikiran negatif, karena pikiran-pikiran jahat itu belum tentu terjadi, dan hal tersebut hanya akan membuat diri kita down. Tetap stay positif. Kuasai dan pelajari banyak pengetahuan.

G. PERSIAPAN MATERIAL PRESENTASI (DATA)
° Hindari penampilan data yang banyak dan ditail
° Gunakan summary
° Template jangan terlalu banyak warna
° Gunakan gambar dan grafik agar lebih mudah dipahami
° Gunakan warna text dan background yang berlawanan

H. MENJAWAB PERTANYAAN PESERTA
1. Kontak Mata,
2. Tunjukkan Minat,
3. Ulangi dan Perjelas Pertanyaan,
4. Jangan membelakangi peserta lain,
5. Untuk Pertanyaan yang bersifat ‘jebakan’ bisa dikembalikan kepada si penanya,
6. Jangan terlibat perdebatan yang tidak perlu dengan penanya.

TRAINING GAMES

° Games
Game adalah suatu latihan dimana pesertanya terlibat dalam sebuah kontes dengan peserta lain (atau sekelompok orang) dengan dikenai sejumlah peraturan.

° Kegunaan Games di dalam Pelatihan
1. Mendorong peserta utk menemukan hasil belajar.
2. Membantu proses pembelajaran.
3. Memberikan pengalaman yang sesuai dengan tujuan pelatihan dan kebutuhan peserta.
4. Bagian dari proses pengembangan diri peserta.

° Tujuan Games
– Ice-breaker
– Membangun kerjasama tim
– Komunikasi
– Membangkitkan semangat
– Pembelajaran
– Membentuk persepsi
– Evaluasi diri
– Manajemen diri

° Simulasi
1. Simulasi adalah contoh situasi aktual atau imajiner.
2. Simulasi umumnya digunakan utk melatih operator masa depan dimana akan sangat tidak praktis atau terlalu berbahaya bagi trainee untuk menggunakan peralatan atau lokasi sesungguhnya.

° Asah Otak
– Bukan merupakan games atau simulasi murni melainkan teka-teki yg dapat menyibukkan pikiran peserta atau menunjukkan titik kuncinya.
– Asah otak umumnya tidak memiliki peraturan, tapi trainer boleh merancang peraturan mereka sendiri utk menyesuaikannya dengan sesi pelatihan individual.

° Bermain Peran
Kegiatan ini digunakan dalam pelatihan, dengan tujuan agar bisa melihat bagaimana peserta bereaksi dalam situasi tertentu sebelum dan sesudah diberikannya pelatihan.

Bermain peran ini memiliki manfaat untuk memberikan kesempatan peserta mempraktekkan bagaimana cara berhubungan dengan orang lain, sesuai dengan skenario yang telah ada.

° Studi Kasus
Definisi studi kasus sama persis dengan yg ditunjukkan namanya. Sebuah kasus (biasanya berasal dari daerah kerja peserta) dipelajari oleh kelompok atau oleh individu. Studi mendalam dari hal sesungguhnya atau skenario yang disimulasikan dimaksudkan utkmengilustrasikan hasil-hasil tertentu.

PSYCHOLOGICAL CAPITAL

A. PSIKOLOGI POSITIF
Seligman sebagai Presiden APA bersama anggota Steering Comitee yang lain (Mihaly Csikszentmihalyi, Ed Diener, Kathleen Hall Jamieson, Chris Peterson, and George Vaillant) mengembangkan psikologi positif pada tahun 1998.

Orang yang memiliki psikologi positif, pasti memiliki 3 hal ini :
Have a pleasant life
Have a good life
Have a meaningful life

B.PSYCHOLOGICAL CAPITAL
Psychological capital sendiri dapat diartikan sebagai modal psikologis atau semacam modal sikap dan perilaku yang berperan besar dalam menentukan keberhasilan.

Modal psikologis apa saja yang memiliki peran signifikan dalam membingkai kesuksesan. Psychological capital yang tinggi akan menjadi individu yang fleksibel dan adaptif untuk bertindak dengan kepasitas yang berbeda untuk memenuhi tuntutan secara dinamis.

C. PENGUKURAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL 
Modal psikologis atau psychological capital diukur menggunakan kuesioner Psychological Capital Questionare (PCQ) yang dikembangkan oleh Luthans (2007). Psychological Capital Questionare memiliki 24 item yang terdiri dari empat komponen yaitu self efficacy, optimism, hope, dan resiliency.

Setiap komponen, yang diwakili oleh 6 item ini, berasal dari alat ukur berbeda yang kemudian diadaptasi menjadi PCQ. Pada PCQ, komponen efikasi diri mengacu pada alat ukur self efficacy milik Parker, komponen harapan berasal dari alat ukur Snyder, komponen optimisme pada PCQ dikembangkan dari alat ukur Scheier dan Carver, dan komponen resiliensi dikembangkan dari alat ukur Wagnild dan Young.

D. CARA MENGEMBANGKAN ASPEK OPTIMISME
– Identifikasi keyakinan menaklukkan diri ketika dihadapkan pada sebuah tantangan. 
– Evaluasi keakuratan keyakinan. 
– Sekali keyakinan yang tidak berfungsi secara normal tereduksi, ganti dengan keyakinan yang lebih membangun dan akurat yang telah dikembangkan.

E. CARA MENGEMBANGKAN ASPEK RESILIENSI
° Hindari jebakan pemikiran negatif ketika suatu hal mulai memburuk.
° Uji keakuratan keyakinan terhadap permasalahan dan bagaimana mencari solusi jitu. 
° Tetapkan ketenangan dan kefokusan ketika emosi dan stres menyerbu.

F. CARA MENGEMBANGKAN ASPEK SELF-EFFICACY ATAU KEYAKINAN DIRI
1. Pengalaman ahli atau pencapaian performa. Hal ini tentunya sangat potensial untuk mengembangkan kepercayaan diri karena melibatkan informasi langsung terkait sukses. Bagaimanapun, pencapaian tidak secara langsung membangun kepercayaan diri. Proses situasional, seperti tugas yang kompleks dan proses kognitif seperti persepsi terhadap kemampuan seseorang, sama-sama berpengaruh terhadap perkembangan percaya diri.

2. Pengalaman atas nama orang lain atau memperagakan. Jika seseorang melihat orang lain seperti diri mereka berhasil dengan usaha yang dipertahankan, mereka akan mulai percaya bahwa diri mereka juga memiliki kapasitas untuk berhasil.

3. Persuasi sosial. Seorang individu yang kompeten dapat membantu mengembangkan kepercayaan diri orang lain dengan mempersuasi atau meyakinkan.

4. Rangsangan atau motivasi fisik dan psikis. Orang-orang sering kali bergantung pada apa yang mereka rasakan, baik secara fisik maupun psikis, untuk mengukur kapabilitas mereka. Bagaimanapun, kondisi fisik dan mental yang sempurna dapat menyebabkan tumbuhnya kepercayaan diri.

Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being)

Pengertian

Kesejahteraan psikologis (psychology well-being) adalah tingkat kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, memebentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, mandiri terhadap tekanan sosial, mengontrol lingkungan eksternal, memiliki arti dalam hidup, serta merealisasikan potensi dirinya secara kontinyu.

Menurut Ryff (1989) manusia dapat dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik adalah bukan sekedar bebas dari indikator kesehatan mental negatif, seperti terbebas dari kecemasan, tercapainya kebahagiaan dan lain-lain. Tetapi hal yang lebih penting untuk di perhatikan adalah kepemilikan akan penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, kemampuan untuk memiliki rasa akan pertumbuhan dan pengembangan pribadi secara berkelanjutan.

Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well- Being)


Enam dimensi well-being yang merupakan intisari dari teori-teori positive functioning psychology yang dirumuskan oleh Ryff juga dalam jurnal ilmiah berjudul ”Happiness Is Everything, or Is It? Explorations On The Meaning of Psychological Well-Being” (1989) mengembangkan kesejahteraan psikologis menjadi 6 (enam) dimensi, diantaranya yaitu :
1. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
2. Hubungan Positif dengan Orang 3. Luar (Positive Relationship With Others)
3. Otonomi (Autonomy)
4. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
5. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)
6. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)

Faktor-Faktor Kesejahteraan

Psikologis (Psychological Well-Being)
Manusia pada umumnya memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang berbeda-beda. Ryff (1995) menyatakan bahwa empat faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis manusia adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor Demografis dan Klasifikasi Sosial: Usia, Jenis Kelamin, Status Sosial Ekonomi, Budaya
b. Dukungan Sosial
c. Evaluasi terhadap Pengalaman Hidup
d. Locus Of Control (LOC)

GRATITUDE (KEBERSYUKURAN)

A. Pengertian Grattitude/Kebersyukuran

Berdasarkan American Heritage Dictionary of the English Language (2009), bersyukur (gratitude) berasal dari bahasa Latin, yaitu gratus atau gratitude yang artinya berterima kasih (thankfulness) atau pujian (pleasing).


Kebersyukuran merupakan perasaan berterima kasih, bahagia, serta apresiasi atas hal-hal yang diperoleh selama hidup, baik dari Tuhan, manusia, makhluk lain, dan alam semesta, yang kemudian mendorong seseorang untuk melakukan hal yang sama seperti yang ia dapatkan.

B. Komponen Kebersyukuran
° Menurut Wood dkk (2008) :
a. Penghargaan orang lain
b. Kepemilikan
c. Momen pemberian
d. Ritual
e. Rasa akan kekaguman
f. Pembandingan diri/sosial
g. Kekhawatiran eksistensial
h. Perilaku bersyukur

° Komponen Konstruk Bersyukur pada Masyarakat Indonesia

1) Sense Of Appreciation/Perasaan Menghargai
Adanya rasa apresiasi (sense of appreciation) terhadap orang lain ataupun Tuhan dan kehidupan. Bahwa orang yang bersyukur adalah mereka yang mampu mengapresiasi kontribusi orang lain terhadap kesejahteraan (well-being) dirinya, dan memiliki kecenderungan untuk mengapresiasi kesenangan yang sederhana (simple pleasure).


Seseorang yang memiliki warmth sense of appreciation akan lebih mudah dalam menghargai sesuatu hal termasuk kesenangan-kesenangan yang sederhana seperti keberadaan orang lain, kehidupan yang dijalaninya, maupun hari-hari yang dilaluinya.


Selain itu, orang itu juga akan menghargai kontribusi orang lain atau suatu hal yang menurut persepsinya telah memberikan keuntungan atau berperan dalam kesejahteraan dirinya, bahkan walaupun itu berupa masalah atau bencana.

2) Perasaan Positif akan Kehidupan
Komponen ini sejalan dengan karakteristik orang bersyukur menurut Watkins, dkk (2003), yaitu tidak merasa kekurangan dalam hidupnya atau dengan kata lain memiliki sense of abundance.
Fitzgerald (1998), menyatakan bahwa orang yang bersyukur memiliki kehendak baik kepada seseorang atau sesuatu.

3) Ekspresi Rasa Syukur
Kecenderungan untuk bertindak positif sebagai ekspresi dari perasaan positif dan apresiasi yang dimiliki. Komponen bersyukur ini sesuai dengan pendapat Fitzgerald (1998), menyampaikan orang yang bersyukur memiliki kehendak baik kepada seseorang atau sesuatu, kecenderungan untuk bertindak berdasarkan apresiasi dan kehendak baik yang dimilikinya.

C. Fungsi Kebersyukuran
Menurut McCullogh (2001) :
– Bersyukur sebagai barometer moral
– Bersyukur sebagai motif moral
– Bersyukur sebagai penguat moral

D. Aspek-Aspek Kebersyukuran
1. Intensity (kehebatan, intensitas), seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur.

2. Frequency (kekerapan, keseringan), seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau kesopanan.

3. Span (masa, jangka, waktu, rentang), maksudnya adalah dari peristiwa-peristiwa kehidupan bisa membuat seseorang merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan dll.

4. Density (kepadatan), maksudnya adalah orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama orang yang dianggap telah membuatnya bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga dll.

E. Cara Melatih Kebersyukuran
Menurut Emmons (2007), terdapat beberapa cara untuk melatih kebersyukuran, yaitu:
1. Be thankful in Advance.
2. Find things to be Grateful for in bad situations.
3. Write a gratitude letter.
4. Do a gratitude walk.
5. Thanks everyone for everything practice.

Capacity Building : Analisa Potensi Pribadi

Pengertian Capacity Building
Character Building adalah suatu upaya untuk membangun dan membentuk akhlak, watak dan budi pekerti seseorang menjadi tingkah laku yang baik. Karakter yang dimiliki seseorang tidak dapat diwariskan begitu saja, tetapi karakter itu harus dibangun secara berkesinambungan melalui proses pembelajaran yang didalamnya terdapat tindakan nyata dari penerapan karakter.


Tujuan
Character Building bertujuan untuk mengembangkan potensi dasar agar menjadi lebih baik. Memperbaiki perilaku yang kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik.


Manfaat
Karakter yang baik merupakan salah satu tujuan dari character building karena karakter yang baik menjadi sesuatu yang penting dalam hidup karena dengan karakter yang baik maka seorang individu akan dapat menjalani kehidupannya dengan baik pula. Baik kehidupan dalam ranah pribadi, keluarga maupun mayarakat.


Konsep Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi untuk mengevaluasi Kekuatan (Strenghts) dan Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dalam suatu usaha, baik proyek yang sedang berlangsung maupun dalam perencaan proyek baru.


Awalanya analisis SWOT hanya digunakan dalam setting perusahaan dan organisasi saja. Namun, Analisis SWOT mulai berkembang sebagai cara mengidentifikasi (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) yang ada dalam diri individu sehingga semakin mudah bagi individu untuk berkembang dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri individu tersebut agar menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.


Tujuan dilakukan hal ini adalah agar individu tersebut lebih mampu mengenali dirinya sendiri, mampu mengetahui kekurangan dan potensi yang dimilikinya. Orang yang telah mampu mengenali dirinya sendiri akan mudah mengenal oranglain. Karena mampu memahami oranglain maka individu tersebut juga mampu menyesuaikan dengan berbagai gaya (style) orang yang berbeda. Sehingga individu tersebut akan menjadi orang yang cerdas secara personal.

Resilience : Kepribadian

DEFINISI RESILIENCE

Resiliensi adalah Kemampuan untuk ‘bangkit kembali’ dari pengalaman negatif yang mencerminkan kualitas bawaan dari individu atau merupakan hasil dari pembelajaran dan pengalaman.

LEVEL RESILIENSI

Menurut O’Leary dan Ickovics (dalam Coulson) antara lain yaitu :
1. Succumbing (mengalah) = kondisi yang menurun, individu mengalah atau menyerah setelah menghadapi suatu ancaman atau keadaan yang menekan. Level ini merupakan kondisi menemukan atau mengalami kemalangan yang terlalu berat bagi mereka. Pada level ini berpotensi mengalami depresi, narkoba dan pada tataran ekstrim seperti bunuh diri.


2. Survival (bertahan) = individu tidak dapat meraih atau mengembalikan fungsi psikologis dan emosi yang positif setelah dari kondisi yang menekan. Individu dalam level ini bisa mengalami perasaan, perilaku dan kognitif yang negatif yang berkepanjangan seperti menarik diri dalam hubungan sosial, berkurangnya kepuasan kerja dan bahkan menjadi depresi.


3. Recovery (pemulihan) = individu mampu pulih kembali (bounce back) pada fungsi psikologis dan emosi secara wajar dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang menekan, walaupun masih menyisihkan efek dari perasaan negative yang di alaminya (menunjukkan diri mereka sebagai individu yang resilien).


4. Thriving (berkembang pesat) = individu tidak hanya mampu kembali pada level fungsi sebelumnya setelah menghadapi kondisi yang menekan, namun mereka mampu melampaui level ini pada beberapa respek. Hal ini dapat termanifestasi pada perilaku, emosi dan kognitif.

CIRI-CIRI INDIVIDU YANG MEMILIKI RESILIENCI KEPRIBADIAN
1. Individu memiliki kepribadian tangguh,
2. Individu memiliki kemampuan self-enchancement (meningkatkan diri)
3. Individu mampu meningkatkan diri secara represif
4. Individu memiliki emosi positif
5. Memiliki control
6. Mengetahui cara-cara membentengi diri dari stress

ASPEK – ASPEK PEMBENTUK RESILIENSI
Menurut Reivich dan Shatte (2002) terdapat 7 aspek, yaitu :
1. Emotion Regulation, kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan

2. Impulse control, kemampuan individu dalam mengendalikan keinginan, kesukaan, atau tekanan yang timbul dalam individu

3. Opimtisme, yaitu sikap ketika individu melihat bahwa ia dapat memiliki masa depan yang cemerlang.


4. Causal analysis, kemampuan individu dalam mengidentifikasi penyebab atau faktor permasalahan yang sedang dihadapi secara akurat dan benar.


5 Emphaty, kemampuan psikologis yang dimiliki individu atau emosional yang diperlihatkan kepada orang lain.


6. Self efficacy, merupakan keberhasilan individu dalam memecahkan sebuah masalah yang sedang dihadapi. Dalam self efficacy terdapat keyakinan bahwa individu tersebut mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya dengan mencapai sebuah kesuksesan.


7. Reaching out, kemampuan individu untuk meningkatkan faktor-faktor yang positif dalam kehidupannya yang meliputi keberanian individu untuk memecahkan tekanan yang menghadang dalam kehidupan.

Emosi Positif : Emosi Positif yang Terkait dengan Sikap

Pengertian Emosi Positif
Emosi berasal dari kata emetus atau emouere bermakna “to still up” yakni suatu dorongan terhadap sesuatu yang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia emosi ialah berupa luapan perasaan yang berkembang dan akan surut dalam waktu singkat.

Emosi dasar individu mencakup emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif yaitu respon yang timbul akibat adanya stimulus atau rangsangan dalam konteks hal yang positif misalnya memperoleh kemenangan dari lomba karya ilmiah sehingga memunculkan emosi senang atau gembira. Sedangkan, emosi negatif merupakan respon yang timbul disebabkan dari stimulus atau rangsangan dalam konteks hal yang negatif seperti marah, benci ataupun jijik.

Klasifikasi Emosi Positif pada Individu
Barbara Frederickson dalam bukunya Positivity mengidentifikasi 10 emosi positif lain yang secara universal dirasakan manusia selain perasaan bahagia, yaitu :
1. Senang : ketika mengalami keadaan menguntungkan yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya.


2. Terimakasih : muncul ketika kita mendapati bahwa seseorang telah berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kita.


3. Bangga : rasa bangga muncul sebagai respons keberhasilan memperoleh yang kita inginkan.

4. Tenang : kita merasa tenang dan damai ketika berada dalam keadaan yang stabil, perasaan tenang membuat kita memahami secara mendalam pribadi kita sendiri.

5. Penasaran : dirasakan ketika menemukan sesuatu yang baru dan kita berminat mengeksplorasi hal tersebut.

6. Girang : hal ini muncul ketika kita menemukan dua hal bertolak belakang yang menggelikan.

7. Harapan : merupakan emosi positif yang muncul saat kita membayangkan keadaan yang lebih baik di masa mendatang.

8. Terinspirasi : ketika kita melihat orang lain berusaha sekuat tenaga dan mencapai yang diinginkannya, kita terinspirasi untuk menirunya.

9. Terpukau : sesuatu yang memukau akan memikat kita dan membawa perasaan “terhubung” kepada sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.

10. Cinta : merupakan gabungan pengalaman yang kita bagi dengan orang yang spesial.

Pentingnya Emosi Positif Terhadap Sikap Individu
Berdasarkan fungsinya, emosi sebagai pembangkit energi (energizer), yaitu emosi membangkitkan dan memobilisasi energi seseorang. Senang mendorong kita untuk bergerak akif dan ceria, tenang menggerakkan kita untuk santai dan tidak panik, dan cinta mendorong kita untuk mendekat dan bermesraan. Selain itu, emosi juga sebagai pembawa informasi (messenger). Emosi juga merupakan salah satu pengaruh dalam mempertahankan hidup (survival). Emosi juga sebagai pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal, seperti pada pembicara yang menyertakan seluruh emosi dalam pidato dipandang lebih hidup, lebih dinamis dan lebih meyakinkan. Sehingga hal tersebut akan mudah mempengaruhi audiensnya. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Membangun dan Mengembangkan Emosi Positif
– Memasukan hiburan dalam jadwal
– Ajak diri kita menjadi kuat dan mandiri
– Melawan stres
– Berbagi dengan orang lain
– Memberikan apresiasi terhdap orang
– Mendekatkan diri kepada Tuhan YME

Regulasi diri : Self Regulated Learning, Manajemen Waktu, Manajemen Diri, Locus Of Control

A. Regulasi Diri : Self Regulated Learning

°Pengertian
Self-relugated learning ialah kegiatan dimana individu yang belajar secara aktif sebagai pengatur proses belajarnya sendiri mulai dari merencanakan, memantau, mengontol, dan mengevaluasi dirinya secara sistematis untuk mencapai tujuan dalam belajar, dengan menggunakan berbagai strategi, baik kognitif, motivasional maupun perilakunya.

° Aspek self regulated learning
Menurut Zimmerman (1989), self-regulated learning terdiri dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu :


1. Kognisi : dalam self-relugated learning adalah kemapuan individu dalam merencanakan, mengatur, menginstruksi diri, memonitor, dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

2. Motivasi : dalam self-relugated learning ini merupakan pendiring (drive) yang ada pada diri individu yang mencangkup terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar.

3. Perilaku : dalam self-relugated learning ini merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkugan yang mendukung aktifitas belajar.

° Strategi self regulated learning
Strategi self-relugated learning adalah himpunan rencana yang dapat digunakan pelajar agar mencapai tujuan. Penggunakan strategi self-relugated learning ini juga dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan self efficacy, yang secara langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan dan prestasi akademik. Strategi tersebut atara lain :

1) Strategi untuk optimalisasi fungsi personal (personal function), meliputi:
Organizing and transforming (pengorganisasian dan transformasi) siswa menelaah kembali materi-materi pembelajaran untuk meningkatkan pemelajaran.
Goal setting and planning (penetapan tujuan dan perencanaan). Penetapan tujuan belajar serta merencanakan urutan, waktu, dan penyelesaian aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan tujuan.
Rehearsing and memorizing (melatih dan menghafal) berusaha berlatih dan menghafal materi.

2) Strategi untuk optimalisasi fungsi tingkah laku (behavioral function), meliputi:
Self-evaluating (evaluasi diri). Seseorang melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaanya.
Self-consequeting (konsekuensi diri). Seseorang membayangkan reward atau punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau kegagalan.

3) Strategi untuk optimalisasi fungsi lingkungan (environmental function), meliputi:
Seeking information (pencarian informasi). Seseorang berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-sumber non sosial.
Keeping record and self monitoring (pembuatan catatan dan mengamati diri). Berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar.
Environmental structuring (penyusunan lingkungan).berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih mudah.
Seeking social assistance (pencarian bantuan sosial).berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, atau orang dewasalainnya yang dianggap bisa membantu.
Reviewing record (melihat kembali catatan. Berusaha melihat kembali catatan untuk menghadapi ujian)

B. Manajemen Waktu

° Pengertian
Manajemen waktu adalah tindakan atau proses perencanaan dan pelaksanaan pantauan sadar atas sejumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas khusus, terutama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas (Singh & Jain, 2013).

° Prinsip Manajemen Waktu
Grohar-Murray (1997) menyatakan terdapat dua prinsip manajemen waktu, yaitu :

1) Perencanaan Waktu
Jelas, dalam mengidentifikasi pekerjaan yang dilakukan.
Realistis, dalam arti berdasarkan pemikiran dalam mengatur jadwal, bila Anda baru saja menyelesaikan tugas, jangan memaksa diri untuk menyelesaikan tugas yang selanjutnya. Jadi, jangan sampai Anda terkekang dengan jadwal yang anda buat tersebut.
Fleksibel, jadwal kegiatan yang telah dibuat hendaknya dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi serta dapat mengantisipasi perubahan yang ada.
Berkesinambungan, artinya perencanaan jadwal kegiatan pimpinan berjalan terus menerus sehingga stagnan atau berhenti pada periode tertentu.

2) Pengorganisasian Waktu
– Membuat daftar kerja yang dilakukan
– Menetapkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
– Mengatur jumlah yang terlibat dalam tugas tersebut
– Menetapkan/menentukan skala prioritas pada kegiatan penting dan mendesak, juga terhadap kegiatan yang tidak mendesak atau dapat ditunda. Tips menetapkan/menentukan skala prioritas antara lain:
* Mengetahui pekerjaan
*Berkonsentrasi pada kekuatan. Pelajari apa yang menjadi SWOT diri kalian:
Strengths/Kekuatan,
Weakness/Kelemahan,
Opportunities/Kesempatan,
Threats/Ancaman.
* Mengatur aktivitas berdasarkan skala prioritas.

° Strategi Manajemen Waktu
a. Penetapan prioritas : menyusun tanggung jawab dan tugas-tugas berdasarkan urutan kepentingannya.
b. Penjadwalan : alokasi waktu untuk melaksanakan tanggung jawab yang diprioritaskan.
c Pelaksanaan : penerapan jadwal yang dibuat, dengan tindakan.
d. Evaluasi : proses yang teratur dan sistematis sebagai tolak ukur mengenai hal yang telah dilakukan.

C. Manajemen Diri

° Pengertian
Manajemen diri merupakan pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan, sehingga mendorong pada penghindaran diri terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan hal yang baik dan benar, manajemen diri juga sebuah proses merubah “totalitas diri” baik dari segi intelektual, emosional, spiritual, dan fisik agar sasaran kita tercapai.

° Strategi Manajemen Diri
Gie dalam Rindanda (2006) :
1. Motivasi diri : dorongan psikologis yang berasal dari dalam diri yang merangsang seseorang untuk bisa melakukan hal guna mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian diri : melakukan pengaturan pikiran, energi, waktu dalam hidup dengan baik.
Pengendalian diri : tekat untuk mengelola kemauan, memacu semangat, dan mengerahkan tenaga untuk melaksanakan apa yang harus dikerjakan.

D. Locus Of Control

° Pengertian
Locus of control adalah keyakinan seseorang terhadap sumber–sumber yang mengontrol kejadian–kejadian dalam hidupnya, yaitu apakah kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya di kendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya.

° Orientasi Locus Of Control
a. Locus of control internal : adalah keyakinan bahwa keberhasilan yang diraih sebanding dengan usaha yang mereka lakukan dan sebagian besar dapat mereka kendalikan. Individu dengan kecendrungan locus of control internal memiliki keyakinan individu bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat dari perilaku dan tindakan nya sendiri.
b. Locus of control eksternal : meyakini bahwa kekuasaan orang lain, takdir dan kesempatan merupakan faktor utama yang memengaruhi apa yang dialami, memiliki kendali yang kurang baik terhadap perilakunya sendiri cendrung dipengaruhi oleh orang lain, sering sekali tidak yakin dengan apa yang dilakukan tidak berhasil